I.
Pendahuluan
A.
Daerah
Asal
Kelapa
telah sejak zaman prasejarah dikenal dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh
di daerah tropis. Polemik akan teori asal kelapa ini oleh para peneliti berkesimpulan
bahwa kelapa berasal dari kawasan yang sekarang kita kenal sebagai
Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah, baik melalui arus laut maupun
perantaraan manusia, kelapa menyebar ke daerah-daerah lain.
Tentang
nama “cocos” mungkin berasal dari
bahasa Arab, yaitu dari kata “gauzos
indi” yang berarti “biji dari
Indonesia” mungkin dari kata “coquos”
yaitu nama kelapa dalam bahasa Arab asli; atau mungkin pula dari kata “macaco” bahasa Portugis, yang berarti
kera, sebab kalau kita perhatikan biji
kelapa besarnya sebesar kepala kera, dua mata tempat kecambah keluar tak
ubahnya seperti sepasang mata, dan lubang ketiga seperti hidungnya.
B.
Perkembangan
Kelapa di Indonesia
Kelapa adalah tanaman serba guna. Seluruh bagian tanaman
ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah sejak
ratusan tahun dikenal di seluruh kepulauan Nusantara.
Hasil
kelapa yang diperdagangkan sejak zaman dahulu adalah minyak kelapa, yang sejak
abad ke-17 telah dimasukkan ke Eropa dari Asia. Perdagangan minyak kelapa
antara Ceylon (Sri Lanka) dan Inggris, begitupula antara Indonesia dan Belanda,
dimulai sejak berdirinya VOC (Verenigde
Oost Indische Compagnie). Karena perdagangan minyak kelapa dan kopra terus
meningkat, maka modal asing di Indonesia terutama Belanda, mulai menaruh minat
terhadap kemungkinan memperkebunkan kelapa.
Pada tahun 1886 perusahaan Belanda membuka perkebunan
kelapa, yaitu Moluksche Handelsvereniging
di pulau Tallise dan Kikabohutan. Daerah Minahasa sejak 1880 telah menghasilkan
kopra yang diekspor ke Eropa. Hasil tersebut berasal dari perkebunan rakyat,
yang menjadi bertambah luas lagi semenjak ditemukan cara membuat mentega
(margarine) dengan bahan baku minyak tumbuh-tumbuhan, Selain itu dapat menjadi
produk gula kelapa, obat, nata de coco, kerajinan, dan dengan berbagai variasi.
Saat
ini tanaman kelapa dalam tersebar luas di semua dataran Indonesia dengan jumlah
beragam.
II.
Sifat-Sifat
Botani dan Varietas
A.
Botani
Kelapa
(Cocos nucifera L.) termasuk famili Palmae, dari genus Cocos. Dikenal dua varietas yang nyata
perbedaannya, yaiitu varietas genjah
dan varietas dalam.
Pada uraian di bawah ini, akan diuraikan secara singkat
sifat-sifat botani yang penting.
1. Akar
Pohon kelapa tidak memiliki
akar tunggang. Tetapi akar serabutnya lebat sekali, mencapai 4.000-7.000 helai pada pohon yang
telah dewasa. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada keadaan pertumbuhan
tanaman dan kesuburan tanah. Sebagian akar serabut tumbuh mendatar dekat
permukaan tanah, kadang-kadang mencapai panjang 10-15 meter. Sebagian lainnya tumbuh
ke dalam tanah sampai 3-5 meter, tetapi tidak mampu menembus lapisan yang
keras. Demikian juga kalau ujung akar sampai pada permukaan air tanah, bagian
ujung berhenti memanjang.
Akar serabut berukuran tebal
rata-rata 1 cm. Pada bagian ujungnya tidak terdapat akar-akar rambut. Fungsi
akar rambut digantikan oleh bagian akar berdinding lunak seperti
gelembung-gelembung yang keluar pada permukaan akar yang terletak di belakang
tudung akar. Bagian ini berwarna muda panjangnya rata-rata 5 cm, dan berfungsi
mengabsorpsi unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari permukaan akar
tumbuh juga bagian-bagian berwarna putih yang berfungsi mengatur pernafasan
akar (pneumatophora).
Diantara akar-akar yang hidup terdapat pula
akar-akar yang mati. Karena sebagian besar dari perakaran kelapa merupakan akar
yang tumbuh mendatar, maka kalau pohon tumbuh pada tempat yang tanahnya terlalu
gembur, batangnya mudah tumbang. Tetapi pada umumnya sistem perakaran yang
dimiliki pohon kelapa menjamin untuk tidak terjadinya kerubuhan tanaman.
Bagian-bagian pangkal batang mudah mengeluarkan akar-akar
adventif, yang bila masuk ke dalam tanah akan berfungsi sebagai akar biasa.
Akar-akar adventif ini kadang-kadang tumbuh keluar dari bagian batang bekas
luka.
2.
Batang
Pohon kelapa hanya mempunyai satu titik tumbuh terletak
pada ujung dari batang, sehingga tumbuhnya batang selalu mengarah ke atas dan
tidak bercabang. Pohon kelapa tidak berkambium, sehingga tidak memiliki
pertumbuhan sekunder. Luka-luka yang terjadi pada batang tidak dapat pulih
kembali karena pohon tidak membentuk kalus (callus).
Batang berangsur-angsur memanjang. Disebelah
ujung berturut-turut tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Pada
tingkatan pertumbuhan tertentu, dari ketiak-ketiak daun secara berangsur-angsur
keluar karangan bunga.
Bagian batang yang sebenarnya dari pohon yang
masih muda baru kelihatan jelas kalau pohon telah berumur 3-4 tahun, bilamana
daun-daun terbawah telah gugur. Pada umur itu, bagian pangkal batang telah
mencapai ukuran besar dan tebal yang tetap. Ukuran garis tengah batang antara
30-40 cm. Pada kelapa dalam pangkal batangnya berukuran sampai dua kali lebih
besar. Pada kelapa genjah yang masih murni, ukuran batang di bagian pangkal,
tengah dan ujung hampir sama semuanya.
Tinggi pohon dapat mencapai 30 meter,
tergantung varietasnya. Gerak tumbuhnya pada waktu umurnya masih muda cepat,
tetapi tergantung pada keadaan lingkungan pertumbuhannya, seperti keadaan
tanah, iklim, gangguan hama penyakit dan lain-lain. Cepat lambatnya pertumbuhan
pohon dapat dilihat pada letak bekas-bekas pangkal pelepah daun pada batang.
Rata-rata dalam satu tahun terbentuk 12 lembar daun. Bekas-bekas pelepah pada
pangkal batang umumnya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung makin rapat. Umur
tanaman dapat diketahui dengan menghitung bekas-bekas pelepah pada batang.
Dari potongan melintang dari batang, di
bagian luar nampak adanya berkas-berkas pembuluh yang jumlahnya banyak sekali,
berangsur-angsur menuju ke sebelah dalam jumlahnya makin berkurang. Disebelah
luar berkas-berkas pembuluh ini berkumpul dan bersambung dengan berkas-berkas
pembuluh dari tangkai daun.
Batang
kelapa tidak banyak mengandung zat-zat cadangan sebagaimana terdapat pada
jenis-jenis palma lainnya, seperti sagu (metrocylon).
Bagian ujung sekali dari batang yang biasa disebut umbut, banyak mengandung zat gula, rasanya cukup manis. Bagian ini
susunannya masih lunak.
3.
Daun
Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai
daun tersusun satu membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing
sebelah ujungnya. Susunan demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan
sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut-turut 4-6
lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk pertama
kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai daunnya
belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut,
ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun membungkus bagian pangkal
batang, membentuk batang palsu. Daun-daun tadi berangsur-angsur bertambah
menyirip, dimulai dari sebelah pangkal helai daun menuju ke ujung
Untuk sementara titik tumbuh yang diselubungi
daun-daun itu tidak lagi tumbuh memanjang, melainkan melebar, dengan demikian
bagian pangkal dari pohon yang masih muda itu memperlihatkan pertumbuhan
membesar, sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus bertambah tebal.
Pertumbuhan demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu pangkal
batang tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang
yang sebenarnya mulai kelihatan.
Daun duduk melingkari batang dengan batang
daun mengumpul pada batang. Bagian-bagian daun adalah :
-
Tangkai/pelepah daun, yang
bagian pangkalnya melebar
-
Tulang/poros daun dan helai
daun yang menyirip berjumlah 100-130 lembar.
Letak
daun melingkari batang tersusun mengikuti rumus 3/5 mendekati rumus 5/13.
Ukuran daun rata-rata mencapai 6-7 meter. Sirip atau anak daun berukuran
panjang rata-rata 1-1½ meter. Luas permukaan daun rata-rata 7-8 meter persegi.
Jumlah daun yang terbentuk dan gugur setiap tahun jumlahnya ± sama, sekitar
12-15 lembar. Pohon dewasa memiliki 30-40 daun pada mahkotanya.
4.
Bunga
Kalau pohon kelapa telah
mencapai tingkat umur tertentu (untuk kelapa dalam berukur 4-5 tahun), karangan
bunga berturut-turut tumbuh keluar dari ketiak daun. Karangan bunga kelapa
disebut mayang atau manggar.
Karangan bunga di bagian
luarnya diselubungi oleh kulit manger yang disebut mancung (spatha). Panjang mancung rata-rata 80-90 cm. Karangan bunga
terdiri dari induk tangkai bunga dan bercabang-cabang sebanyak 30-40 helai.
Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang-cabang tumbuh
bunga-bunga betina, kemudian menyusul bunga –bunga jantan sampai ke ujung
tangkai. Bunga betina maupun bunga jantan letaknya melekat pada cabang.
Bunga-bunga tersebut tidak bertangkai (duduk). Pada tiap cabang terdapat 1-2
kuntum bunga betina. Jumlah bunga jantan banyak sekali, pada tiap cabang
terdapat ± 200 bunga, sehingga pada tiap manggar terdapat sekitar 8.000-10.000 kuntum bunga
jantan. Sedangkan jumlah bunga betina hanya 20-50 buah, malahan pada
pohon-pohon yang masih muda sering kali belum terdapat bunga betina.
Selama dua hari setelah manggar membuka,
bunga-bunga jantan berangsur-angsur menjadi dewasa, membuka, dan gerak ini
dimulai dari bagian ujung tiap cabang menuju ke pangkal. Adapun gerak
pertumbuhan bunga betina, untuk tiap manggar berlangsung selama 29 hari.
Setelah itu bunga-bunga betina berangsur-angsur membuka menjadi dewasa, yang
berlangsung selama ± 7 hari. Dengan tidak bersamaan dewasanya bunga jantan dan
bunga betina, maka pada penyerbukan, bunga betina tidak mendapat tepung sari
dari bunga jantan dan bunga betina lebih bersamaan, sehingga memungkinkan terjadinya penyerbukan
sendiri.
Bagian-bagian bunga jantan adalah: tiga helai
kelopak bunga berukuran 3-5 mm; tiga helai daun mahkota berukuran ±15 mm; enam
helai benang sari; satu putik rudimeter dengan kepala putih bersirip tiga
lembar. Di antara sirip-sirip tedapat zat
madu/nectar.
Bunga betina berukuran lebih besar ± 3 cm.
Kelopak bunga tebal dan lebar, membungkus hampir seluruh bagian-bagian lainnya.
Pada bagian ujung masih nampak keluar sedikit bagian ujung dari daun mahkota
bunga. Putik tidak bertangkai, tetapi sisa-sisa dari benang sari (rudimeter) masih tampak dan tersusun
seperti gelembung-gelembung, banyaknya enam buah. Dasar buah terdiri atas tiga
ruangan dan pada tiap ruangan terdapat satu bakal biji. Dari tiga bakal biji
ini hanya satu saja yang kelak dapat tumbuh terus menjadi biji yang normal.
Penyerbukan bunga berlangsung dengan perantaraan serangga, tidak karena angin.
5.
Buah
Tiga sampai empat minggu setelah manggar
membuka, bunga betina telah dibuahi dan mulai tumbuh menjadi buah. Dari jumlah
buah yang terbentuk, ½ - ¾-nya secara berangsur-angsur rontok karena pohoh
tidak sanggup membesarkan buah tadi. Rontoknya buah-buah muda ini berlangsung
selama dua bulan, dan sisanya akan tumbuh sampai tua.
Pertumbuhan
buah melalui tiga fase, yaitu :
Fase pertama : Berlangsung selama 4-6
bulan. Pada fase ini bagian tempurung dan sabut hanya membesar dan masih lunak.
Lubang embryo juga ikut membesar dan berisi penuh air.
Fase kedua : Berlangsung selama 2-3 bulan. Pada fase ini
bagian tempurung berangsur-angsur tebal, tetapi belum keras betul.
Fase ketiga : Pada fase ini,
putih lembaga atau endosperm sedang dalam penyusunan. Penyusunan dimulai dari
pangkal buah berangsur-angsur menuju ke ujung. Pada bagian pangkal mulai tampak
terbentuknya lembaga. Warna tempurung berubah dari putih menjadi coklat kehitaman
dan bertambah keras.
Pada umur 9 bulan buah mencapai ukuran
maksimal dengan berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Buah mencapai masak
benar pada umur 12-13 bulan, tetapi beratnya turun menjadi 1½ - 2½ kg.
Ruangan bagian dalam endosperm tidak lagi berisi penuh
air buah. Kandungan zat-zat berberda-beda pada macam-macam bagian dari putih
lembaga. Di sebelah pangkal tempurung terdapat tiga buah lubang tumbuh yang
disebut “mata”. Salah satu “mata”
berukuran paling besar tetapi tutup lubangnya paling lunak adalah tempat
keluarnya lembaga pada saat biji/buah berkecambah.
Buah
terdiri dari bagian-bagian :
Daging
buah, yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
- epicarp,
yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin, agak keras dan tebalnya ½ 1/7mm.
- mesocarp,
yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini terdiri dari
serat-serat yang keras tebalnya 3-5 cm.
- endocarp,
yaitu bagian tempurung yang keras sekali. Tebalnya 3-6 mm. Bagian dalam melekat
pada kulit luar dari biji/endosperm.
-
putih
lembaga atau endosperm
yang tebalnya 8-10mm.
Buah yang telah tua bobotnya
terdiri dari 35% sabut, 12% tempurung, 28% endosperm dan 25% air. Sedangkan
endosperm mengandung: 52% air, 34% minyak, 3% protein, 1,5% zat gula dan 1%
abu. Adapun air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat abu.
Buah yang berkecambah,
bagian pangkal lembaganya tumbuh ke dalam membentuk alat pengisap yang disebut
“gandos” atau “kentos”. Bagian ujung dari lembaga tumbuh ke luar menerobos
lapisan sabut pada pangkal buah menuju ke luar. Sesudah menerobos ke luar,
barulah lembaga ini menyusun daun-daun berwarna hijau. Bersamaan dengan
pertumbuhan lembaga keluar dari lapisan sabut, kentos tumbuh ke dalam,
berangsur-angsur membesar sampai akhirnya mengisi ruangan dalam dari biji.
Permukaannya merapat pada putih lembaga, sambil mengeluarkan enzim yang berangsur-angsur
dapat menguraikan makanan cadangan yang terkandung dalam putih lembaga, dan
merupakan zat makanan dari lembaga yang tumbuh ke luar. Permukaan putih lembaga
menjadi lunak dan agak berlendir, dan akhirnya seluruh isi putih lembaga habis
terurai.
B.
Varietas
Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucefera L) dikenal dua varietas utama yaitu varietas dalam (tall variety) dan varieras genjah (dwarf variety). Dengan adanya
persilangan, terutama pada golongan varietas dalam, terjadilah “variasi” yang
cukup luas di dalam varietas yang sama. Variasi ini dapat terjadi pada tinggi
batang dan warna, bentuk serta ukuran buah. Hal yang sama juga terjadi pada
varietas genjah, terutama pada warna buahnya, sehingga terjadilah warna hijau,
kuning dan merah kecoklatan.
Pada akhir-akhir ini dengan berkembangnya
pemuliaan tanaman, dikenal dengan golongan ketiga yaitu yang disebut kelapa hibrida.
1.
Varietas
Dalam
Varietas dalam ditanam
secara luas diberbagai Negara produsen kelapa. Ciri-ciri yang dapat diamati
pada varietas ini adalah :
-
Batangnya tinggi dan besar,
dapat tumbuh mencapai 30 meter atau lebih. Pangkal batang biasanya membesar.
-
Mulai berbuah lambat (6-8
tahun setelah tanam), tetapi dapat mencapai umur 100 tahun atau lebih.
Contoh varietas dalam adalah :
varietas-varietas Tenga, Palu, Bali, Jepara, dll. Yang didatangkan dari luar
negeri misalnya West African Tall.
2.
Varietas
Genjah
Varietas genjah adalah jenis
kelapa yang mempunyai cirri-ciri:
-
Bentuk batang ramping dari
pangkal sampai ujung
-
Tinggi batang mencapai 5
meter atau lebih
-
Mulai berbuah cepat (3-4
tahun setelah tanam) dan dapat mencapai umur lebih dari 50 tahun.
Contoh varietas genjah
adalah varietas-varietas Genjah Raja, Genjah Hijau atau Kelapa Puyuh, Genjah
Kuning atau Kelapa Gading, dan Genjah Nias. Yang terakhir dikenal sebagai
varietas genjah unggul. Yang didatangkan dari luar negeri misalnya Malayan
Dwarf.
3.
Kelapa
Hibrida
Kelapa hibrida adalah hasil
persilangan antara varietas genjah (sebaga ibu) dengan varietas dalam (sebagai
bapak). Dengan persilangan ini diharapkan terkumpul sifat-sifat baik dari kedua
induknya, bahkan terjadi efek heterosis/hybrid vigor. Menurut P.K Thampan,
India telah berhasil memunculkan sifat heterosis pada kelapa hibridanya pertama
kali tahun 1932. Dewasa ini pemanfaatan terjadinya efek heterosis menjadi
tujuan utama dalam program pemuliaan kelapa di berbagai negara-negara penghasil
kelapa.
Proses hibridisasi dapat dilakukan dalam dua
cara, yaitu hibridisasi secara alami dan secara buatan (assisted pollination).
Hibridisasi secara alami
-
buatlah suatu kebun induk,
sesuai persyaratan yang berlaku.
-
tanamlah pohon-pohon induk empat baris kelapa genjah berseling
dengan satu baris pohon bapak
-
sebagai pohon induk
dipergunakan varietas Genjah Nias Kuning dan
pohon bapak adalah varietas Dalam Bali,
Dalam Palu dan Dalam Tenga
-
bunga jantan pada pohon
induk diemaskulasi untuk mencegah penyerbukan silang yang liar
-
penyerbukan yang terjadi
dibiarkan secara alami, dimana putik yang terdapat pada pohon induk diserbuki
dengan tepung sari dari salah satu pohon bapak
-
akhirnya pada pohon induk
akan diperoleh buah yang kemudian dapat ditanam sebagai benih kelapa hibrida.
Hibridisasi secara buatan
-
buatlah suatu kebun benih
sesuai persyaratan, yaitu yang letaknya terisolasi dari kemungkinan terjadinya
hibridisasi liar. Untuk mencapai maksud tersebut dianjurkan agar kebun benih
paling tidak terletak dengan jarak isolasi 400 meter dari kebun kelapa/tanaman
kelapa lainnya. Dalam jarak isolasi 400 meter ini harus ditanam tanaman
perintang (barrier) terhadap
kemungkinan datangnya tepung sari (pollen)
yang berasal dari kelapa liar/asing.
-
Tanamlah pohon=pohon ibu
dari jenis yang dikendaki dengan jarak tanam misalnya 8,5 m x 8,5 m, dari jenis
kelapa genjah unggul seperti Henjah Malaya Kuning atau Genjah Malaya Merah. Di
pihak lain pada kebun bapak, tanamlah jenis unggul seperti Dalam Afrika Barat
dengan jarak yang cukup jauh dari kebun benih (lebih dari 400 meter).
-
Tepung sari diambil dari
pohon bapak dengan bantuan manusia, yaitu dengan meletakkan kastrasi
bunga-bunga jantannya. Setelah diperoleh bunga-bunga jantan kemudian bunga
tersebut dibawa ke laboratorium untuk diproses lebih lanjut. Tepung sari (pollen) yang diperoleh kemudian dicampur
dengan baik dengan talk dengan
perbandingan satu bagian tepung sari + 20 bagian talk. Campuran disimpan dalam
lemari pendingin agar dapat disimpan sampai tiba saatnya hibridisasi
dilaksanakan. Pencampuran ini dimaksudkan untuk meratakan tersebarnya tepung
sari pada saat dilaksanakan hibridisasi buatan.
-
Sebelum persarian dilakukan,
bunga-bunga yang terdapat pada mayang yang belum terbuka (dan sengaja dibuka
oleh pollinator) pada pohon ibu diemaskulasi untuk membuang bunga-bunga
jantannya.
-
Apabila bunga betina telah siap
menerima tepung sari (reseptif),
hibridisasi segera dilaksanakan. Sebagai tanda bahwa bunga betina telah
reseptif adalah bunga betina telah “membuka” dan berlendir.
-
Dalam penyerbukan buatan
ini, setelah terlihat tanda-tanda bunga betina telah reseptif, tepung sari
disemprotkan dari alat pengempos oleh seorang pollinator. Kebutuhan tepung sari
(yang telah dicampur talk) untuk 30-40 bunga betina yang terdapat pada satu
mayang adalah: 4 (empat) gram atau 8 (delapan gram).
-
Untuk satu mayang diperlukan
beberapakali penyerbukan buatan agar semua bunga betina dapat diserbuki.
-
Buah yang diperoleh dari
hasil hibridisasi ini digunakan sebagai benih kelapa hibrida. Bahwa yang dapat
digunakan sebagai benih kelapa hibrida hanyalah buah F1 hasil
hibridisasi.
III.
Syarat-syarat
Tumbuh
a.
Iklim
Kelapa dapat tumbuh di
daerah tropis, dan tumbuh baik pada iklim panas yang lembab. Pusat-pusat
perkebunan kelapa yang penting terletak pada zone antara 15ºLU dan 15ºLS. Di
luar zone ini hanya terdapat pohon-pohon kelapa yang tidak mampu menghasilkan buah
(Florida, Los Angeles, Portugal).
Meskipun kelapa dapta tumbuh
pada keadaan iklim yang luas cakupannya, untuk pertumbuhan yang optimal dan
tercapainya produktivitas yang baik, kelapa menghendaki persyaratan lingkungan
tertentu, menyangkut evaluasi, suhu, curah hujan, sinar matahari dan derajat
lengas.
1.
Elevasi
Kelapa
tumbuh baik mulai pesisir sampai 600-700 meter di atas permukaan laut.
Perkebunan-perkebunan rakyat banyak dijumpai sampai ketinggian 900 m di atas
permukaan laut, tetapi pertumbuhan dan berbuahnya lambat dan hasilnya rendah.
2.
Suhu
Faktor suhu menentukan batas dari “latitude”
dan “altitude”, dan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produks
buah. Suhu optimum bagi kelapa adalah yang rata-rata tahunannya 27ºC dengan
fluktuasi 6-7ºC. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman muda yang sedang
tumbuh berkembang menjadi kering dan mengakibatkan berkurangnya buah.
3.
Curah
Hujan
Curah hujan tahunan berkisar
1.000-2.250 mm. Pembagian hujan dan
drainase dan kapasitas menahan air dari tanah, lebih penting daripada jumlah
curah hujan. Pembudidayaan kelapa yang menguntungkan menghendaki curah hujan
antara 1800-2000 mm per tahun, yang jatuh tersebar merata sepanjang tahun.
Daerah-daerah yang kering dengan curah hujan tidak merata tidak cocok untuk
kelapa.
Pertumbuhan kelapa di daerah pantai pada
umumnya baik meskipu curah hujannya lebih rendah daripada batas minimum. Hal
ini disebabkan karena pada daerah itu, dibawah permukaan tanah terdapat air
yang cukup, berasal dari daerah yang letaknya jauh dari pantai. Pada daerah
yang demikian adanya dan banyaknya air tanah merupakan factor yang lebih
menentukan daripada ukuran curah hujan.
4.
Sinar
Matahari
Tanaman kelapa menghendaki intensitas sinar
matahari yang tinggi dengan jumlah penyinaran tidak kurang dari 2.000 jam per tahun. Tanaman
yang berada di bawah naungan di tempat
terlindung kurang baik pertumbuhannya. Lingkungan yang terbuka dapat memberikan
pertumbuhan yang baik, dan sebaliknya.
5.
Derajat
Lengas
Untuk pertumbuhan yang
normal dan hasil tinggi, tanaman kelapa membutuhkan kelembaban udara antara
60-80%, dan tdak kurang dari 60%. Walauoun demikian, derajat lengas yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak baik, yaitu:
- Mengurangi penguapan
(transpirasi) yang berakibat menurunnya kemampuan pengambilan (up-take) unsure-unsur hara, sehingga
dapat mengurangi jumlah buah.
- Menyebabkan berkembang dan
menyebarnya penyakit cendawan yang berbahaya,misalnya bud rot, dll.
b.
Tanah
Kelapa dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, Syarat-syarat tanah yang baik adalah: struktur baik,
peresapan air dan tata udara baik, permukaan air tanah letaknya cukup dalam
minimal 1 meter dari permukaan tanah, dan keadaan air tanahnya hendaknya dalam
keadaan bergerak (tidak menggenang). Tetapi selain itu, tanah harus memiliki
kemampuan menahan air yang cukup besar. Dalam hal ini, peranan organic pada
tanah-tanah yang sarang/ tekstur pasir sangatlah penting.
Kelapa dapat tumbuh pada
tanah dengan Ph 5.0 – 8.0, tetapi Ph optimum untuk pertumbuhan yang baik adalah
antara 5.5-6.5.
Kelapa menghendaki tanah
yang cukup subur yang memiliki kandungan unsure-unsur hara esensial seperti N,
P, K, Ca, Mg, S, Cl, Fe, Mn, Zn, B, Cu, dan Mo yang cukup. Tanah-tanah yang
kandungan unsur-unsur hara esensialnya rendah menghendaki pemupukan dengan
unsur-unsur hara yang bersangkutan agar dapat mencapai produksi yang baik.
Tipe-tipe tanah yang baik
adalah:
-
Tanah alluvial yang kaya
atau tanah-tanah lempung yang cukup lembab.
-
Tanah-tanah latosol
bertekstur lempung atau liat, terutama pada tanggul-tanggul saluran, sungai,
dan lain-lain.
-
Tanah pasir, khususnya tipe
“Aladin Litteral”.
Pohon-pohon kelapa yang tumbuh pada tempat-tempat yang
berdekatan dengan air yang bergerak seperti di tepi-tepi sungai, dekat pantai,
umumnya pertumbuhannya baik sekali. Hal ini disebabkan karena air yang bergerak
mengandung banya oksigen (O²), yang penting untuk pernapasan akar.
IV.
Bertanam
Kelapa Dalam
a.
Bahan
Tanaman
Kelapa memiliki variasi genetis yang besar
dan secara umum pembiakannya dilaksanakan secara generative. Penyediaan bahan
tanaman yang terpilih dan berkualitas baik akan lebih menjamin berhasilnya
pertanaman. Perbedaan kapasitas menghasilkan ini disebabkan oleh sifat
genotipisnya, maka memilih pohon induk merupakan suatu keharusan agar diperoleh
tanaman yang baik.
1.
Syarat-Syarat
Pohon Induk
Pohon induk kelapa dalam harus memenuhi persyaratan sbb:
-
Telah berumur 20-40 tahun
- Menghasilkan buah
terus-menerus dalam jumlah yang banyak setiap tahunnya (80-100
butir/pohon/tahun) dan nilai kopranya tinggi (25 kg/pohon/tahun)
-
Batang tumbuh kuat dan lurus
dengan susunan bekas pelepah daun yang rapat
- Mahkota merata dengan bentuk
seperti paying terbuka (spherical atausemispherical). Jika kita berada di
bawahnya sambil memandang ke atas menembusi mahkota daunnya, tidak bole
kelihatan langit
-
Daun pendek dan kencang
(tidak terkulai) dengan tangkai daun pendek dan kuat pula. Pada tiap ketiak
daun terdapat tandan buah/malai bunga
-
Tumbuh di tengah-tengah
kebun dari individu tanaman yang berasal dari kultivar yang sama
-
Bebas dari gangguan
hama/penyakit
Untuk kelapa hibrida, benih harus berasal
dari kebuh induk yang diberi wewenang untuk menyalurkan benih kepada konsumennya.
2.
Seleksi
Buah
Buah dari pohon induk tidak semuanya dapat
digunakan untuk benih. Ciri-ciri buah yang baik adalah:
-
Bentuk bundar atau setengah
bundar dan utuh. Jangan menggunakan buah yang berbentuk lonjong, karena selama
pertumbuhannya terhimpit di antara buah-buah lainnya pada tandannya
-
Berukuran sedang. Ukuran
terbaik adalah lebar 17-20 cm dan panjang 22-25 cm. Buahn yang terlalu besar
atau kecil kurang baik.
-
Timbangan buah berat. Buah
yang baik bobotnya mengandung putih lembaga (endosperm) yang baik pula, sehingga dapat menghasilkan bibit (kitri) yang tumbuhnya kekar dan kuat
-
Air buahnya cukup. Buah yang
tidak berair atau hanya sedikit airnya tidak akan tumbuh baik. Dengan
mengguncankan buah tersebut, dapat diperkirakan kandungan airnya
-
Buah telah masak dengan
kulit luar (epicarp) licin, tidak cacat dan tidak terserang hama/penyakit. Buah
yang mengeluarkan cairan seperti lem, jangan digunakan
-
Buah pada waktu dipetik,
sebaiknya tidak dijatuhkan.
3.
Menyimpan
Buah
Buah yang akan dijadikan
benih harus disimpan terlebih dahulu sebelum disemaikan. Tujuannya adalah agar
buah diberi kesempatan mengalami proses kemasakan lebih lanjut.
Bila buah yang disemai
didatangkan dari tempat lain, hendaknya diketahui tanggal pemetikannya. Bila
belum mengalami penyimpanan ±sebulan, sebaiknya kita simpan lebih dahulu. Bila
telah disimpan, harus segera disemaikan.
Cara penyimpanan buah yang
baik adalah:
-
Buah disimpan di ruangan
yang sirkulasi udaranya baik dan kering, dan jangan disimpan pada tempat yang
lembab, kurang hawa dan panas
-
Hindarkan buah dari
kemungkinan kehujanan dan kepanasan
-
Bila jumlahnya banyak, buah
boleh ditumpuk tetapi harus teratur agar sirkulasi udara baik. Tumpukan jangan
melebihi satu meter tingginya
Benih kelapa hibrida di kebun induk
biasanya telah diwadahi dalam karung goni. Buah yang demikian dapat ditumpuk
lebih tinggi dan disimpan sesuai persyaratan, sebelum dikirim kepada konsumen.
b.
Pembibitan
1.
Pesemaian
Perkecambahan
Guna pesemaian perkecambahan
adalah untuk menumbuhkan benih sebelum dipindahkan ke pesemaian pemeliharaan
atau ke dalam polybag, sehingga kita dapat melakukan seleksi benih-benih mana
yang berkecambah cepat. Letak persemaian perkecambahan adalah dekat dengan pesemaian
bibit/pemeliharaan dan areal kebun yang akan ditanami. Selain itu harus pula
dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman.
Untuk pesemaian
perkecambahan tanah harus dicangkul sedalam ± 30 cm. Bersihkan dari rerumputan,
sisa-sisa akar, batuan, dll. Buatlah bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 1,25
m, tinggi 0,25 dan panjang disesuaikan kebutuhan. Di antara bedengan dibuat
parit selebar 30-40cm. Penambahan pasir pada bedengan dianjurkan pada
tanah-tanah berat. Sebelum benih disemaikan, terlebih dahulu harus diperlakukan
sbb:
Sabut diatas mata disayat
selebar 7-10 cm pada tonjolan yang berhadapan dengan sisi buah terlebar, dengan
maksud untuk memudahkan meresapnya air siraman ke dalam sabut dan keluarnya
tunas (plumula).
Benih didesinfeksi secara
berturut-turut dengan larutan insektisida (mis: Azodrin 60 EC 0,1%) dan
fungisida (mis: Difolatan 4F 0,2%) masing-masing selama dua menit.
Benih ditanam pada bedengan
2/3 tebal buah. Buah berposisi mendatar dengan bidang buah yang terlebar berada
disebelah bawah. Arah mata sebaiknya menghadap ke satu jurusan. Dapat juga
posisi buah demikian rupa sehingga sayatan menghadap ke atas dan terletak
horizontal sama tinggi dengan permukaan tanah bedengan. Kerapatan benih pada
bedengan adalah 20-30 buah/meter persegi.
Pemeliharaan yang terpenting
adalah penyiraman. Bila dianggap perlu
siramlah 1-2 kali sehari.
Dua sampai tiga minggu sejak
disemaikan, buah mulai berkecambah. Buah yang telah berkecambah dipindahkan ke
pesemaian bibit/pemeliharaan atau ke dalam polybag, secara berangsur-angsur
tiap bulan. Buah yang tidak berkecambah selama jangka waktu 3 bulan, sebaiknya
disingkirkan.
Setelah buah berkecambah, sebelum dipindahkan
ke pesemaian bibit, sebaiknya diadakan seleksi. Maksud seleksi ini untuk
menyingkirkan benih yang dapat berkecambah, tetapi diperkirakan tidak akan
tumbuh baik. Di samping itu juga untuk menyingkirkan benih yang data
berkecambah, tetapi diperkirakan tidak akan tumbuh baik. Disamping itu juga
untuk menyingkirkan kelapa-kelapa dari jenis lain. Seleksi itu pertama-tama
dilakukan atas dasar kecepatan benih yang berkecambah. Setelah benih
berkecambah, seleksi didasarkan warna dan keadaan tunas (plumula). Benih yang warna lumulanya berbeda dengan warna
semestinya, harus diafkir. Misalnya kita mengecambahkan jens kelapa yang
flumulanya berwarna hijau atau coklat (kelapa hibrda) atau kuning (Genjah Nias
Kuning), maka warna flumula kecambah harus sama dengan warna flumula
jenis-jenis tersebut. Demikan pula benih yang flumula yang bengkok, harus pula
diafkir.
2.
Pesemaian
Bibit
Bentuk pesemaian bibit atau
pesemaian pemeliharaan ada dua macam, yaitu secara tradisional dengan bentuk
pesemaian bibit pada sebidang lahan, atau secara pembibitan dengan polybag.
Pada penyelenggaraan pesemaian pemeliharaan kelapa hibrida, dianjurkan untuk
menggunakan pembibitan polybag.
Syarta-syarat untuk
pesemaian bbit sama dengan pesemaian perkecambahan. Tanah dicangkul atau
digarpu sedalam 30-40 cm. Kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran
1,5-2,0 meter, tinggi 20 cm, dan panjang 10 meter. Bedengan sebaiknya diberi
pupuk kandang yang telah masak sebanyak 15 ton/hektar. Saluran-saluran drainase
harus dibuat untuk memudahkan pembuangan air kelebihan.
Pemindahan bibit dari
pesemaian perkecambahan ke pesemaian bibit pesemaian pemeliharaan dapat
dilakukan dengan dua cara:
1) Kecambah
dipindahkan ke pesemaian bibit untuk dipelihara sampai tiba saatnya pemindahan
ke kebun. Di pesemaian bibit dianjurkan bibit ditanam dengan system segitiga
samasisi dengan jarak 60x60 cm. Arah barisan adalah Utara-Selatan. Bibit
ditanam sedemikian rupa, sehingga leher tunas rata dengan permukaan tanah.
Bibit yang berkecambah dalam waktu yang bersamaan sebaiknya ditanam pada
bedengan yang sama di pesemaian bibit ini.
2) Bibit
yang telah bekecambah langsung dipindahkan ke kantong plastic polybag. Ukuran
polybag yang cocok adalah panjang 50 cm dan lebar 45 cm. Medium dalam polybag
adalah tanah lapisan atas (top soil) yang telah digemburkan dan diayak dengan
baik. Polybag harus diber lubang-lubang dengan diameter 0,5 cm dan diusahakan
agar bentuknya silindris. Bibit dalam polybag ditaruh di pesemaian
pemeliharaan. Aturlah agar jaraknya optimal, yaitu sekitar 60 cm x 60 cm sampai
80 cm x 80 cm dengan system segitiga samasisi. Cara kedua ini membawa
keuntungan, yaitu bahwa pemindahan dan pengangkutan bibit ke kebun yang akan
ditanami lebih mudah dan aman, serta terjadi shock akibat pemindahan ke lapangan dapat dihindari.
3.
Pemeliharaan
Bibit
a.
Penyiraman
Penyiraman harus dibeikan
secukupnya. Pada musim kemarau dilakukan setiap hari. Air siraman yang
diperlukan tergantung pada umur bibit, semakin tua semakin banyak air
dibutuhkan.
Rata-rata kebutuhan air mulai umur bibit 1-6
bulan adalah ½ - 3 liter/hari/bibit atau perpolybag.
b.
Penyiangan
dan Penggemburan Tanah
Pesemaian tempat pemeliharaan bibit harus
selalu dibersihkan terhadap rumput-rumputan, dan tanahnya digemburkan dengan
cangkul dangkal. Harus dijaga agar akar bibit tidak terganggu. Untuk bibit
dalam polybag, lebih mudah penjagaannya.
c.
Pemberantasan
hama/penyakit dan Pemupukan
Untuk memperoleh bibit yang
sehat, secara preventif bibit dapat disemprot baik dengan insektisida maupun
fungisida.
Pemupukan perlu dilakukan
agar diperoleh bibit yang sehat dan subur pertumbuhannya. Pada pemupukan bibit,
pupuk yang mengandung N dan Cl harus diberikan untuk menjamin pertumbuhan bibit
yang baik. Penggunaan ZA sebagai sumber N dan S bersama KCL atau NaCI sebagai
sumber K dan Cl dijumpai baik sekali pengaruhnya.
Pada pembibitan cara
tradisional dimana bibit dipelihara pada bedengan-bedengan pesemaian bibit, pemupukan dilakukan dua kali. Yang pertama
diberikan 1-2 bulan setelah bibit berada pada bedengan pesemaian, dan yang
kedua adalah 4 bulan kemudian. Dosis pupuk yang diberikan adalah: 30 gram per
bibit dan yang kedua 60 gram per bibit, terdiri dari campuran pupuk urea/ZA,
TSP dan KCl.
Untuk kelapa hibrida yang
pertumbuhannya lebih cepat, didalam polybag dipupuk setiap bulan sekali. Pupuk
diberikan dengan dicampur ke dalam polybag setebal 3 cm. Dosis yang diberikan
sbb:
Umur
(bulan ke:)
|
Dosis per polybag (gram pupuk)
|
||||
Urea
|
ZA
|
TSP
|
KCI/MOP
|
Kieserite
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
5
5
5
10
10
10
15
15
15
|
10
10
10
15
15
15
20
20
20
|
10
-
10
-
10
-
10
-
10
|
10
10
10
15
15
15
20
20
20
|
5
5
5
10
10
10
15
15
15
|
Catatan:
|
-
Pupuk Fosfat diberikan selang sebulan dan
waktu pemberiannya pada setiap kali pemupukan adalah dua minggu sebelum
pemberian pupuk lainnya, dan harus dicampur dengan baik/merata dengan tanah
-
Untuk pupuk Nitrigen boleh digunakan Urea
ataupun ZA
- Penambahan
0,1-1,0 gram borax pada bulan kedua dan kelima sangat dianjurkan.
|
4.
Pemindahan
Bibit/Kitri Ke Kebun
Pemindahan bibit/kitri ke
kebun dilakukan setelah bibit berumur 6-8 bulan. Tinggi bibit sekitar 1 meter,
berdaun ± 4 lembar, daun sudah ada yang membelah menjadi daun dewasa. Sebagai
pedoman dalam memilih bibit/kitri yang baik adalah: daunnya cepat belah, jumlah
daun banyak (umur 6 bulan paling sedikit telah mempunyai 5 daun dewasa),
pangkal batangnya besar, daunya lebar pelepah yang pendek, pelepah daun tumbuh
rapat, warna daun hijau segar, dan bebas dari hama/penyakit.
Pada bibit kelapa hibrida, seleksi bibit
dilakukan dengan memilih bibit berdasarkan pada warna pelepah daun (petiole) dan kesuburan pertumbuhannya.
Bibit terpilih adalah yang tumbuh
subur, sehat, kuat dengan pelepah daunnya berwarna hijau atau coklat atau warna
di antaranya. Bibit yang berpelepah
warna kuning, merah atau oranye jangan digunakan karena bibit demikian berasal dari benih
illegitim. Umur bibit yang optimal untuk dipindahkan ke lapangan adalah pada
umur 8-12.
5.
Perhitungan
Kebutuhan Benih/Bibit
Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung pada
jarak tanam yang digunakan. Secara umum, kebutuhan benih tiap hektar
diperhitungkan sebanyak 250 buah. Dari jumlah ini yang perkecambahannya baik
kira-kira 75% (186 bibit). Setelah dilaksanakan seleksi bibit, yang baik
kira-kira 65% (160 bibit) dapat mencukupi kebutuhan, karena kebutuhan per
hektar adalah 143 bibit (jarak 9 m x 9 m, segitiga samasisi) dan untuk menyulam
17 bibit.
c.
Penanaman
1.
Persiapan
Lahan
Persiapan lahan untuk perkebunan kelapa vervariasi
tergantung pada situasi dan kondisi lapangan.
a.
Situasi
Pada lahan yang miring
dimana erosi sangat mungkin terjadi, pencegahan terjadinya erosi sangat
dianjurkan. Dalam hal ini, penanaman tanaman penutup tanah seperti Calopogonium
sp, dan pembuatan teras akan sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya erosi.
Pada lahan-lahan dimana air sering kali
menggenang untuk selama beberapa hari setelah hujan, pembuatan saluran-saluran
drainase sangat dianjurkan. Bahkan bila kelapa ditanam pada daerah berawa-rawa
dengan permukaan air tanah yang tinggi, penanaman kelapa hanya mungkin bila
dibuat tanggul-tanggul selebar 5-8 meter dimana kelapa ditanam di atasnya.
b.
Kondisi
Persiapan lahan untuk
berbagai keadaan dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
-
Untuk lahan yang berasal
dari hutan (primer dan sekunder), pohon-pohonan dan semak-semak harus dipotong
dan dibakar (bila perlu) serta tanahnya dibajak atau dicangkul.
-
Untuk lahan yang ditumbuhi
lalang (imperata cylindrical), tanah harus dibajak dengan traktor agar lalang
dapat dibongkar. Setelah itu, dibiarkan untuk beberapa saat dan kemudian
dilaksanakan penyemprotan dengan herbisida.
2.
Penanaman
Tanaman Penutup Tanah
Bila lahan yang akan
ditanami kelapa tidak dimaksudkan untuk ditanami secara “intercropping”,
penanaman tanaman penutup tanah akan sangat bermanfaat karena dapat mencegah
erosi dan menambah kesuburan tanah.
Suatu campuran tanaman penutup tanah yang
terdiri dari Controsema pubescens, Calopogonium mucunoides dan Pueraria
phaseoloides dapat dianjurkan untuk ditanam mendahului penanaman kelapa.
3.
Jarak
Tanam
Pada dasarnya jarak tanam
kelapa yang optimal adalah bila daun-daun dari pohon yang telah dewasa dan
tumbuh berdampingan satu dengan lainnya, masing-masing tidak bersentuhan. Jarak
tanam yang lazim digunakan yaitu: bujursangkar (9 m x 9 m atau 10 m x 10 m),
segitiga samasisi (9 m x 9 m) dan empat persegipanjang (10 m x 9 m atau 10 m x
8 m). Sistem segitiga samasisi dapat menghasilkan tanaman 15% lebih banyak dari
sistem bujursangkar. Pada daerah berbukit dipakai system kontur (garis tinggi).
Selain itu system quincunx biasa digunakan pada peremajaan, dimana tanaman tua
yang akan diganti baru di bongkar setelah tanaman muda penggantinya tumbuh
cukup besar.
Adapun varietas kelapa genjah umumnya ditanam
dengan jarak tanam yang lebih sempit yaitu 6 m x 6 m, sedangkan kelapa hibrida
dapat ditanam dengan jarak 8 m x 8 m atau 9 m x 9 m.
4.
Lubang
Tanam
Lubang tanam harus dibuat
2-3 bulan sebelum bibit dipindahkan. Tanah galian harus dipisahkan antara tanah
atas dan tanah bawah. Tanah bagian bawah digunakan untuk membuat
timbunan/tanggul sekeliling lubang untuk mencegah aliran air hujan masuk ke
dalam lubang.
Ukuran lubang tergantung pada beberapa factor
yaitu: keadaan tempat, tipe tanah dan dalamnya permukaan air tanah. Pada
umumnya untuk tipe tanah yang berat dan padat dibuat lubang dengan ukuran lebih
besar daripada tanah-tanah ringan. Ukuran lubang berkisar antara 0,6 m x 0,6 m
x 0,6 m sampai 1 m x 1 m x 1m.
5.
Cara
Menanam
a.
Menanam
bibit kitri
Beberapa hari sebelum bibit
ditanam, dasar lubang digemburkan. Tanah lapisan atas dimasukkan sambil
dicampur dengan pupuk P (TSP atau Rock Phospate) sebanyak 300 gram/lubang.
Lubang tidak diisi sampai penuh, disisakan bagian atas lubang sedalam 15-20 cm
tetap kosong. Bibit kitri ditanam berdiri tegak di tengah-tengah lubang.
Kedalaman menanam 15-20 cm dari permukaan tanah. Pangkal batang jangan terlalu
tertimbun karena titik tumbuh masih berada di bawah, dan kalau tertimbun,
pertumbuhannya akan mengalami hambatan. Tanah sekitar bibit ditekan kuat agar
bibit berdiri tegak.
Didaerah yang banyak angin, bibit dapat
dibantu berdirina dengan memasang tonggak kayu/bamboo untuk selama 1-2 tahun,
sampai perakarannya kuat.
b.
Menanam
bibit polybag
Sebelum diangkat ke tempat
penanaman, bibit polybag harus disiram lebih dahulu secukupnya. Akar yang
melewati/atau menembus polybag harus dipotong.
Tanah lapisan atas terlebih
dahulu dicampur dengan pupuk P (TSP atau RP) sebanyak 300 gram/lubang, sebelum
tanah ditimbunkan ke dalam lubang. Masukkan bibit ke dalam lubang dengan
hati-hati. Letak bibit di tengah-tengah lubang (bila ajir terletak di tengah
lubang) atau pada arah yang sama terhadap ajir (bila ajir terletak 10 cm dari
tepi lubang).
Kantong polybag disobek
setelah bibit beada dalam lubang, kemudian bibit ditimbun tanah yang telah
dicampur pupuk P, sampai padat.
Umur
(bulan ke:)
|
Dosis per polybag (gram pupuk)
|
||||
Urea
|
ZA
|
TSP
|
KCI/MOP
|
Kieserite
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
5
5
5
10
10
10
15
15
15
|
10
10
10
15
15
15
20
20
20
|
10
-
10
-
10
-
10
-
10
|
10
10
10
15
15
15
20
20
20
|
5
5
5
10
10
10
15
15
15
|
Catatan:
|
-
Pupuk Fosfat diberikan selang sebulan dan
waktu pemberiannya pada setiap kali pemupukan adalah dua minggu sebelum
pemberian pupuk lainnya, dan harus dicampur dengan baik/merata dengan tanah
-
Untuk pupuk Nitrigen boleh digunakan Urea
ataupun ZA
- Penambahan
0,1-1,0 gram borax pada bulan kedua dan kelima sangat dianjurkan.
|
Penimbunan tanah sebaiknya
sedemikian rupa sehingga permukaan polybag berada 5 cm di bawah permukaan
lubang. Pemberian mulch sekitar lubang sangat dianjurkan karena akan dapat
mempertahankan kelembaban tanah dengan baik.
Waktu tanam yang tepat
adalah pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan cukup
untuk membasahi tanah (curah hujan selama 30 hari mencapai 250 mm).
POTENSI DI SULAWESI SELATAN
Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di
Indonesia, memiliki nilai strategis khususnya di bidang
perkebunan, dan kewilayahan bagian timur Indonesia.
Wilayah produksi
komoditi Kelapa Dalam dari Perkebunan Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan tersebar di 22 Kabupaten/Kota; terbesar di Kabupaten Selayar, Bone dan
Pinrang.
Angka sementara Kelapa Dalam Sulawesi Selatan pada Tabel di bawah :
LUAS AREAL (HA)
|
PRODUKSI
|
PRODUKTI-
|
JUMLAH
|
|||||
NO
|
KABUPATEN /
|
TBM
|
TM
|
TT/TR
|
JUMLAH
|
(TON)
|
VITAS
|
PETANI
|
KOTA
|
(KG/HA)
|
(KK)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
1
|
L u w u
|
-
|
3.074
|
1.465
|
4.539
|
3.924
|
1.277
|
6.754
|
2
|
Luwu Utara
|
581
|
1.328
|
132
|
2.039
|
1.154
|
870
|
9.980
|
3
|
Luwu Timur
|
105
|
1.653
|
159
|
1.917
|
2.014
|
1.218
|
8.923
|
4
|
Palopo
|
29
|
197
|
119
|
345
|
65
|
330
|
1.064
|
5
|
Tana Toraja
|
11
|
143
|
74
|
228
|
11
|
77
|
223
|
6
|
Toraja Utara
|
4
|
56
|
39
|
99
|
7
|
125
|
1.009
|
7
|
B o n e
|
1.087
|
9.039
|
1.956
|
12.082
|
10.999
|
1.217
|
30.044
|
8
|
Soppeng
|
80
|
3.329
|
703
|
4.112
|
3.738
|
1.123
|
8.313
|
9
|
W a j o
|
315
|
6.414
|
539
|
7.268
|
5.030
|
784
|
12.355
|
10
|
Sinjai
|
3
|
1.100
|
33
|
1.136
|
1.194
|
1.085
|
3.000
|
11
|
Bulukumba
|
894
|
3.788
|
2.802
|
7.484
|
1.528
|
403
|
10.552
|
12
|
Selayar
|
607
|
16.633
|
2.220
|
19.460
|
24.983
|
1.502
|
18.448
|
13
|
Bantaeng
|
45
|
734
|
104
|
883
|
681
|
928
|
2.137
|
14
|
Jeneponto
|
1.032
|
3.998
|
483
|
5.513
|
1.663
|
416
|
12.649
|
15
|
Takalar
|
90
|
1.198
|
265
|
1.553
|
984
|
821
|
7.478
|
16
|
G o w a
|
206
|
1.368
|
273
|
1.847
|
1.734
|
1.268
|
9.815
|
17
|
M a r o s
|
168
|
593
|
225
|
986
|
263
|
444
|
3.213
|
18
|
Pangkep
|
105
|
3.728
|
544
|
4.377
|
1.157
|
310
|
9.198
|
19
|
B a r r u
|
137
|
1.503
|
378
|
2.018
|
1.096
|
729
|
3.055
|
20
|
Pinrang
|
277
|
5.381
|
4.798
|
10.456
|
4.283
|
796
|
13.450
|
21
|
Sidrap
|
64
|
1.508
|
64
|
1.636
|
3.528
|
2.340
|
3.016
|
22
|
Enrekang
|
13
|
606
|
188
|
807
|
182
|
300
|
4.544
|
Jumlah
|
5.852
|
67.370
|
17.561
|
90.783
|
70.216
|
1.042
|
179.220
|
Pustaka
1. Setyamidjaja
Djoehana , 1984. Bertanam Kelapa. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
2. Data Hasil Sinkronisasi, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
2. Data Hasil Sinkronisasi, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar